Bangun Gedung Baru, RS Jiwa Lampung Kini Dilengkapi Alat Canggih

Foto.Ist

Taktik Lampung - Selain mengejar tipe A untuk Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo juga ingin RS Jiwa Lampung segera bertipe A. Berbagai upaya dilakukan seperti menambah kapasitas ruang perawatan hingga penambahan sumber daya manusia rumah sakit yang beralamat di Jalan Kurungan Nyawa, Gedongtataan, Pesawaran, ini. 

"Ini satu-satunya rumah sakit jiwa di Lampung. Tiap tahun pasiennya bertambah. Oleh karena itu, Pemprov Lampung terus berupaya menambah kapasitas agar makin banyak pasien yang bisa dirawat. Kita terus berupaya agar RS Jiwa Lampung bertipe A," kata Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo, di Bandarlampung, Sabtu (19/8).

Hingga kini, kasitas tempat tidur di RS Jiwa Lampung 115, sedangkan pasien yang dilayani berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Lampung. Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien pada 2015 tercatat37.490 orang atau rata-rata 120 orang per hari. Dari jumlah tersebut, minimal lima pasien harus menjalani rawat inap.

Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak 2015 Pemprov Lampung membangun gedung rawat inap baru yakni gedung intermediate berkapasitas 32 tempat tidur. Kemudian, gedung Pediatric Intensive Care Unit (PICU) atau gaduh gelisah berkapasitas tujuh tempat tidur dan Gedung Rawat Inap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) berkapasitas sebanyak 42 tempat tidur. Ketiga gedung tersebut dibangun dengan dana Rp8,65 miliar.

Selain itu, pada 2016 juga dibangun gedung rawat inap kelas satu dan kelas tiga berkapasitas masing-masing 10 tempat tidur. Ditambah gedung laboratorium. Ketiganya dibangun dengan anggaran Rp692,23 juta.

Menurut Direktur RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung Dr. Ansyori, bila seluruh gedung rawat inap tersebut dioperasikan, dapat menambah kapasitas jumlah pasien rawat inap pasien menjadi 216 tempat tidur. Selain Gedung, Pemprov juga manambah alat kesehatan canggih sejak 2015. 

"Sekarang ada alat EMG Myograth, drug testing monitor yaitu alat tes narkoba dengan menggunakan sampel darah, automatic blood chemistry-nya analizer, USG, dan EEG brain mapping with PSG. Kendala yang kami alami saat ini adalah masih kurangnya tenaga perawat dan dokter spesialis," kata Ansyori.

Pihaknya berharap, gedung rawat inap yang baru dapat dioperasionalkan tahun ini. Menurut Ansyori, berdasarkan penilaian pusat, secara fisik bangunan rumah sakit telah memenuhi syarat menjadi tipe A. 

Namun untuk menaikan tipe terkendala anggaran untuk membiayai kekurangan sumber daya manusia, seperti perawat, dokter, dan dokter spesialis. "Kita tidak bisa rekrut PNS karena ada moratorium. Alternatifnya menggunakan dokter dan perawat non-PNS," kata Ansyori. (TL/*)

Post a Comment

0 Comments