Taktik Lampung - Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan Literasi Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan kegiatan Literasi Digital untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 Kota / Kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI / Polri, Orang Tua, Pelajar, Penggiat Usaha, Pendakwah dan sebagainya.
4 kerangka digital yang akan diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam thema.
Sebagai Keynote Speaker, Gubernur Provinsi Lampung yaitu Ir. H. Arinal Djunaidi., memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. Bp. Presiden RI, Bapak Jokowi juga memberikan sambutan dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
Dalam kegiatannya di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Sabtu, (28/8/2021), Pukul 09.00 WIB Kementrian Kominfo mengadakan kegiatan literasi digital bertema "Literasi Digital Dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan" dengan menyajikan diskusi menarik secara daring dan menghadirkan berbagai narasumber ahli dibidangnya yakni:
INDAH WENERDA, S.SN., M.A (JAPELIDI dan Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta), pada pilar KECAKAPAN DIGITAL. Indah memaparkan tema “PENTINGNYA MEMILIKI DIGITAL SKILL DI MASA PANDEMI COVID-19”.
Dalam pemaparannya, Indah menjelaskan digital skills gap bisa terjadi karena perbedaan, dikarenakan akses penggunaan digital, pendidikan, lapangan pekerjaan, pendapatan, bias gender, minat dan percaya diri, keterbatasan mobilitas, konten media, regulasi, serta kompetensi literasi digital. Kemampuan digital dengan mengedepankan sumber daya manusia bertalenta digital, cerdas, kreatif, dan produktif. Tantangan konten media siber, mencakup ujaran kebencian, nasehat yang membahayakan, perisikan atau bullying, dan privasi. Pentingnya cakap media sosial, tidak cukup hanya mengoperasikan berbagai perangkat tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya.
Dilanjutkan dengan pilar KEAMANAN DIGITAL, oleh DR. PITOYO, SS., M.IKOM (Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi UNPAD). Pitoyo mengangkat tema “KOMUNIKASI AMAN DI DUNIA DIGITAL”.
Pitoyo membahas cara menjaga komunikasi aman di dunia digital, antara lain hati-hati tinggalkan jejak digital, tidak membagikan informasi pribadi secara detail dan berlebihan, lindungi data pribadi, kenali cyberbullying, hindari orang asing, sediakan ruang yang aman, serta membangun harapan. Meskipun masyaratakat terbiasa menghapus unggahan, berbagi, riwayat penelusuran, dan sejenisnya, masyarakat tampaknya mengawasi fakta bahwa apa pun yang terlihat di layar, tetap ada di sana secara permanen. Saat ini, anak-anak dibesarkan untuk menerima dampak teknologi pada harga diri dan hubungan mereka dengan orang lain, sementara pada saat yang sama membayangi efek jangka panjang dari komunikasi populer. Menjadi orang yang dapat diandalkan, atau orang yang berada di luar jaringan, bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi masalah di kalangan remaja dan anak-anak yang belum dipahami.
Pilar BUDAYA DIGITAL, oleh SUBUH KURNIAWAN, S.PD (Aktivis Open Source, TIK dan Kepala SMKN 1 Banjit, Way Kanan). Subuh memberikan materi dengan tema “KOMUNITAS AKADEMIK DALAM PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL”.
Subuh menjabarkan paradigma baru digitalisasi pendidikan, meliputi kreativitas, inovasi, proses belajar mengajar baru, dan persaingan global. Kunci sukses digitalisasi pendidikan, antara lain pemangku kebijakan dengan otoritas pemerintah yang dapat membuat kebijakan dan terobosan, penyedia daya dukung dengan potensi yang dimiliki dan infrastruktur penunjang, serta guru dan siswa. Pengaruh positif digitalisasi pendidikan bagi guru, meliputi guru sebagai penyedia konten pembelajaran digital, guru sebagai penyedia layanan, dan peningkatan daya literasi digital bagi guru. Pengaruh positif digitalisasi pendidikan bagi siswa, mencakup siswa sebagai penyedia layanan atas feedback pembelajaran dan peningkatan daya literasi digital bagi siswa.
Narasumber terakhir pada pilar ETIKA DIGITAL, oleh DR. YUSDIAYANTO, S.H.,M.H (Ketua Jurusan Hukum Tata Negara FH Unila). Yusdianyanto mengangkat tema “DAMPAK PENYEBARAN BERITA HOAX?”.
Yusdiayanto membahas hoax merupakan kepalsuan yang sengaja dibuat untuk menyamakan sebagai kebenaran. Dampak hoax, meliputi membuat rasa tidak aman, melahirkan kebencian, retaknya persatuan dan kesatuan, serta menghilangkan nalar. Alasan penyebaran hoax, mencakup hanya membaca judul, emosional, dan ekonomi. Etika dalam penggunaan digital, antara lain mengendalikan emosi, menggunakan kesantunan, menghargai privasi orang, lain.menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas, serta selalu ingat tulisan adalah perwakilan dari diri sendiri.
Webinar diakhiri, oleh ALIAH LESTARASI SAYUTI sebagai influencer yang memberikan sharing session sesuai dengan tema yang sudah diangkat oleh para narasumber. Aliah menceritakan plus minusnya menjadi influencer, sebagai influencer harus bertanggung jawab dengan apa yang ingin diunggah di media sosial, karena itu akan berpengaruh dengan banyak orang yang mengikutinya di media sosial. Aliah tidak boleh menyebarkan berita atau informasi yang belum jelas kebenarannya dan harus bisa mengendalikan emosi saat menggunakan media sosial karena terdapat banyak orang yang berbeda-beda karakter. Dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial secara positif, akan membuat diri sendiri dan orang lain bermanfaat dan tidak menimbulkan perpecahan. (*/TL)
0 Comments